
Dalam artikel ini saya akan berbagi informasi tentang berbagai upacara adat Jawa Barat yang mungkin bagi sebagian masyarakat Indonesia masih sedikit yang mengetahuinya.
Sebelumnya saya juga telah menulis tentang upacara adat Jawa Timur agar kita samua tau dan belajar juga bahwa tiap – tiap daerah punya ciri khas dalam budaya daerahnya. Hal yang seharusnya perlu kita lakukan jika kita tidak bisa ikut campur langsung dalam upaya pelestarian adalah dengan mempelajari dan memahami materinya.
Di bawah ini saya sudah siapkan tulis secara terperinci dan mendalam nama-nama upacara adat yang sudah menjadi tradisi secara turun temurun di Jawa Barat.
Upacara Adat Jawa Barat

Dilihat dari sejarah peradabannya, provinsi Jawa Barat ini memang punya kekayaan yang beragam, tak terkecuali kesenian dan kebudayaannya, salah satunya yang akan kita bahas yaitu upacara adat masyarakat Jawa Barat.
Provinsi yang beribukota di Bandung ini memiliki beberapa nama upacara adat atau tradisi unik dan masih dipertahankan hingga sekarang.
Jumlahnya mungkin bisa mencapai 50 an, namun yang akan dibahas disini hanya sekitar 20 nama upacara adat Jawa Barat yang memang cukup populer pergelarannya. Dan mungkin kita yang berada di daerah lain juga pernah mendengar beberapa nama tradisi ini, misalnya ada:
- Sepitan atau Khitanan.
- Tingkepan atau Tujuh Bulanan.
- Upacara Pernikahan.
- Tradisi Pesta Laut.
- Ruwatan Bumi.
- Ngalungsur Pusaka, dan upacara lainnya yang akan dibahas secara detail di bawah.
Baiklah, mari kita ulas masing-masing jenis upacara adat Jawa Barat tersebut dalam oretan singkat berikut ini.
Macam Macam Upacara Adat Jawa Barat
Upacara Adat Jawa Barat Sisingaan

Sisingaan merupakan sebuah kesenian asli dari masyarakat Sunda (Jawa Barat) yang mana dalam upacara adat ini menampilkan 2 hingga 4 buah boneka singa yang diusung oleh para pemainnya sambil menari.
Nah, tepat diatas boneka singa yang gotong oleh beberapa orang itu terdapat seorang anak duduk yang siap untuk dikhitan.
Tedapat beberapa versi seputar asal-usul kesenian atau adat yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Jawa Barat ini.
Namun, mayoritas masyarakat lebih memegang pendapat dari versi yang pertama yang mengatakan bahwa sisingaan muncul sekitar tahun 70-an.
Pada saat itu, di anjungan Jawa Barat di TMII diadakan pertunjukan kesenian gotong singa (sisingaan begitu masyarakat mengenalnya) dengan bentuk yang sederhana.
Dari penampilan di anjungan itulah masyarakat Jawa Barat kemudian mulai mengenal dan menggunakan tradisi sisingaan. Tradisi tersebut terus dilakukan atau diwariskan dari generasi hingga ke generasi sampai saat ini.
Sisingaan merupakan tradisi atau upacara unik khas dari masyarakat Subang, Jawa Barat berupa pertunjukan gotong singa.
Selain itu, upacara adat Jawa Barat (Sisingaan) ini juga punya makna sejarah yang menggambarkan suatu bentuk perlawanan dari para masyarakat di Kabupaten Subang, atas kekejaman para penjajah kala itu (Inggris dan Belanda) ratusan tahun silam.
Hingga saat ini, khususnya ditengah masyarakat kabupaten Subang dan sebagian Jawa Barat tradisi Sisingaan tetap menjadi sarana dalam memeriahkan anak-anak yang akan dikhitan agar merasa terhibur.
Acara Tingkepan / Tujuh Bulanan

Upacara adat Jawa Barat berikutnya ada tradisi Tingkepan yang pelaksanaannya biasanya dilakukan ketika ada seorang ibu sedang mengandung bayi tujuh bulan.
Kata Tingkepan sendiri berasal dari kata Tingkeb yang artinya adalah tertutup. Maksud dari makna ini ialah seorang ibu itu tidak boleh tidur bersama dengan suaminya selama 40 hari setelah persalinan supaya si ibu mengurangi porsi kerjanya.
Saat prosesi upacara ini dilakukan, panitia biasanya akan mengadakan pengajian dan menyiapkan peralatan untuk memandikan ibu hamil serta rujak kanistren yang terdiri dari 7 macam buah untuk upacara ini.
Saat prosesi berlangsung, akan ada 7 orang keluarga dekat yang memandikan si ibu dengan air bunga 7 rupa, dan pada guyuran air yang terakhir biasanya dimasukkan seekor belut sampai mengenai perut ibu hamil tersebut.
Di beberapa daerah khususnya di Jawa mungkin ada juga tradisi seperti ini dengan alur proses yang mungkin tidak 100% sama. Nah, khusus di Jawa Barat Sendiri kurang lebih alur upacaranya seperti berikut:
- Prosesi siraman (sumai dan Istri yang sedang mengandung 7 Bulan)
- Acara Brojolan (Pemberian dua cengkir dari balik kain yang dipakai Ibu oleh Suami)
- Pembagian Takir Pontang.
- Jualan Dawet dan Rujak.
Tujuan dari upacara adat ini tidak lain adalah untuk memohon kebaikan untuk si bayi dalam kandungan dan si ibu yang hendak melahirkan.
Upacara Sepitan / Khitanan
Upacara khitanan ini dilakukan jika ada anak laki-laki yang sudah siap untuk di khitan (Islam dan mengimani ajarannya) dengan tujuan untuk membersihkan alat vital laki-laki dari najis dan kotoran.
Dalam keyakinan umat muslim, khitanan termasuk sunnah dan bersifat wajib.
Untuk upacara sepitan maksudnya adalah membersihkan sedikit bagian pada area kemaluan anak perempuan ketika masih bayi.
Rata-rata proses acara Khitanan ini dilakukan pada saat anak berusia 6 tahun dengan mengundang mantri atau dokter.
Dalam acara ini biasanya melibatkan masyarakat dari kerabat dan tetangga dekat rumah untuk turut menyaksikan.
Upacara Nelung Dina, Upacara Adat Kematian Jawa Barat

Upacara Nelung Dina dilakukan tiga hari setelah hari kematian.
Upacara ini pada dasarnya adalah selamatan yang dilakukan sebagai penghormatan para ahli waris terhadap roh salah satu keluarganya yang meninggal, karena masyarakat Jawa percaya bahwa roh si mayat sampai hari ketiga pun masih ada di rumah.
Roh itu mulai mencari jalan keluar yang termudah (tampa beban dan kesedihan apapun) untuk meninggalkan keluarga dan kediamannya.
Dan biasanya ada seperangkat perlengkapan upacara yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan upacara ini, yaitu:
- Golongan bangsawan: takir pentang berisi lauk, ketan kolak, nasi asahan, apem, bunga telon yang ditempatkan di stoples dan diberi air.
- Golongan rakyat biasa: Nasi gurih, Nasi ambengan, ketan kolak, apem, ingkung ayam, nasi golong dan bunga yang dimasukkan dalam lodong berikut kemenyan.
Tradisi Adat dalam Pernikahan Jawa Barat

Ada beberapa upacara dalam prosesi adat pernikahan khas Jawa Barat, yakni upacara pra akad nikah dan pasca akad nikah.
Untuk upacara sebelum akad nikah ada beberapa macam, diantaranya:
- Neundeun Omong.
- Ngalamar.
- Seserahan.
- Ngeuyeuk Seureuh.
Sedang beberapa upacara setelah akad nikah diantaranya yaitu:
- Mumunjungan.
- Sawer.
- Nincak Endog.
- Buka pintu.
- Huap Lingkung.
Neundeun Omong merupakan prosesi kunjungan orang tua dan pengantin prianya kepada orang tua mempelai wanita dengan tujuan silaturahmi dan memberi pesan bahwa si pria akan melamar si perempuan.
Ngalamar (lamaran) ialah kunjungan orang tua pengantin pria kekeluarga wanita untuk meminang anak perempuannya dan membahas rencana pernikahan mereka.
Dan seserahan maksudnya adalah prosesi penyerahan pengantin pria terhadap calon mertuanya untuk menikahi si perempuan.
Upacara Adat Pesta Laut Jawa Barat

Upacara pesta bahari merupakan acara penting yang menjadi ikon bagi warga provinsi Jawa Barat.
Sementara daerah yang paling banyak dalam merayakan acara ini yaitu Ciamis, Pangandaran, Pelabuhan Ratu, Sukabumi, dan beberapa daerah pesisir lainnya.
Proses pergelaran upacara ini adalah, perahu-perahu nelayan akan mengangkut sesajen dengan banyak hiasan berupa aksesoris warna-warni untuk memanjakan setiap penontonnya.
Sementara acaraitu berlangsung, ada beberapa diatara mereka yang membawa kepala kerbau berbungkus kain putih sebagai persembahan dan melemparkannya ke bahari sebagai simbol hadiah kepada penguasa lautan.
Tradisi ini biasanya diselenggarakan setiap setahun sekali ini, tujuannya adalah sebagai ungkapan rasa syukur dan memohon keselamatan saat melaut.
Upacara tradisi laut oleh sebagian besar masyarakat Jawa Barat dikenal dengan upacara Nadran atau nadir atau nyadran. Biasa dilakukan nelayan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh. Dan permohonan perlindungan dari beragam makhluk halus di lautan lepas.
Upacara Adat Nenjrag Bumi
Nenjrag Bumi merupakan suatu bentuk upacara tradisional khas Sunda Jawa Barat, khususnya adalah warga Kota Bandung.
Menurut kepercayaan masyarakat disana, tradisi ini ditujukan kepada anak bayi agar tidak menjadi ketakutan atau gampang kaget.
Tradisi ini dilakukan oleh warga Bandung dengan cara meletakkan anak bayi di atas lantai berbahan bambu terbelah, kemudian lantai bambu tersebut diinjak sebanyak 7 (tujuh) kali.
Uniknya, di Jawa Barat khususnya suku Sunda itu masih ada beberapa macam upacara adat khusus dilakukan usai menyambut kelahiran sang buah hati ke dunia, diantaranya:
- Upacara Puput Puseur.
- Upacara Ekahan.
- Upacara Nurunkeun.
- Upacara Cukuran.
- Upacara Turun Taneuh.
- Upacara Memelihara Tembuni.
Sebagian dari kalian mungkin paham dan mengalaminya sendiri dan mungkin juga sebagian yang lain masih merasa aneh dengan beberapa Istilah atau upcara diatas. Yah, begitulah yang namanya tradisi dan adat.
Masing-masing tentunya punya tujuan, sejarah dan maknanya tersendiri sehingga tetap ada dan dipertahankan nilai-nilai kepercayaannya oleh masyarakat.
Upacara Adat Tembuni Jawa Barat

Salah satu upacara adat Jawa Barat yang juga unik adalah upacara tembuni, upacara ini bertujuan untuk memelihara placenta bayi atau ari-ari.
Oh iya mungkin ada yang bertanya, mengapa harus demikian? Ya, karena mereka memperlakukan placenta sang bayi itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Dan di Jawa Barat Sendiri punya cara khusus dalam memelihara placenta bayi, yaitu dengan memasukkannya ke dalam kain putih dengan garam, gula merah, dan asam untuk dikubur di wilayah pekarangan rumah si ibu hamil.
Tradisi Ruwatan Bumi

Tradisi atau upacara menarik berikutnya adalah Ruwatan Bumi, masyarakat Kabupaten Subang biasanya melaksanakan upacara ini setiap bulan Februari.
Istilah lain untuk menyebut upacara Ruwatan ini adalah Ngaruwat.
Menurut kepercayaan masyarakat, upacara Ngaruwat memiliki beberapa manfaat, yaitu untuk kesejahteraan, menjaga keamanan, kenyamanan kehidupan pertanian.
Dalam penyelenggaraan upacara ini, biasanya akan ada pertunjukan kesenian gemyung saat malam hari. Dan di pagi harinya, masyarakat mengarak Dewi Sri ke makam leluhur dengan diiringi kuda kosong, sesepuh, membawa parupuyan, panteret buah kelapa dan sambil menyanyi beluk.
Ruwatan bumi ini juga disebut hajat bumi, melengkapi beberapa upacara yang digelar sebelumnya, seperti :
- Upacara hajat solok.
- Mapag Cai.
- Mitembiyan.
- Netepkeun.
- Nganyarkeun.
- Hajat wawar.
- Ngabangsar dan kariaan.
Dengan upacara ruwatan bumiyang dilakukan ini, maka padi memiliki tempat istimewa, padi atau beras, dalam keyakinan masyarakat setempat, tidak hanya sebagai bahan pangan saja.
Namun padi juga diyakini muncul akibat dari aktivitas dewi-dewi sehingga bersifat sakral dan segala proses menghasilkannya dipandang suci. Lihat juga beberapa macam tarian adat Jawa Tengah dengan segala keindahan dan keunikan maknanya.
Tradisi Ngunjung / Munjung

Upacara adat Jawa Barat berikutnya ada Ngunjung (Munjung) asal kata dari kata Kunjung, yaitu mengunjungi dan berdoa di makam leluhur atau orang tua sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setempat.
Nah, upacara ngunjung atau munjung ini termasuk upacara adat yang cukup sakral di masyarakat Cirebon dan Indramayu khususnya.
Tempat diadakannya upacara adat ini biasanya memilih lokasi di makam leluhur dan tokoh agama yang mereka segani dan percayai punya nilai keramat.
Adapun tujuan dari upacara Ngunjung ini adalah untuk melestarikan budaya serta memohon keselamatan kepada penguasa alam.
Biasanya upacara ini dimeriahkan dengan penampilan kesenian khas masyarakat setempat, seperti wayang kulit dan kesenian sandiwara.
Dalam upacara adat Ngunjung ini masyarakat pada umumnya akan datang berbondong-bondong sambil membawa nasi tumpeng serta makanan tradisional lainnya sebagai wujud kepedulian.
Upacara Adat Ngalaksa Jawa Barat

Tradisi adat provinsi Jawa Barat selanjutnya adalah Ngalaksa, upacara Ngalaksa akan bvanyak kita jumpai jika berkunjung ke daerah Ranca Kalong, Sumedang.
Prosesi adat upacara ini dilakukan bersama-sama dengan membawa padi atau hasil bumi lainnya ke lumbung dengan menggunakan rengkong (semacam bambu panjang berlubang buat membawa beras).
Waktu pelaksanaannya sendiri tidak sembarangan, upacara adat Ngalaksa biasanya lakukan pada bulan Juni sebanyak satu kali dalam setahun.
Keunikan yang akan anda temukan dalam upacara ini, yaitu adanya bunyi musik yang ber-ritme sama dengan orang sedang berjalan, hal ini sangat terlihat pada rengkong yang bergoyang-goyang.
Tujuan dari diselenggarakannya upacara ngalaksa ini sebenarnya adalah sebagai wujud rasa syukur yang tulus (berupa upaya dan pengorbanan) kepada Tuhan atas keberhasilan panen hasil usaha masyarakat.
Emang luar biasa kebudayaan dan tradisi di daerah suku Sunda ini, ada banyak keunikan yang jarang ditemukan ditempat lain. Salah satunya yaitu Tarian Adat Sunda yang juga mengandung nilai-nilai luhur didalamnya.
Tradisi Cukuran

Upacara adat Jawa Barat selanjutnya adalah tradisi cukuran, acara pada tradisi ini adalah mencukur rambut bayi ketika dia sudah berusia 40 hari.
Biasanya dalam pelaksanaan tradisi Cukuran para tamu undangan secara bersama-sama melakukan puji-pujian kepada Allah, dan bersama dengan itu mereka juga akan mencukur rambut sang bayi sedikti demi sedikit.
Namun, hanya dari kalangan pihak keluarga, dan sanak famili terdekat saja yang ikut mencukur rambut si bayi. Ada sedikit kemiripan dengan salah satu tradisi atau upacara adat Jawa Timur yang juga melakukan tradisi yang hampir serupa.
Tradisi Ekahan di Jawa Barat

Ekahan adalah bagian dari tradisi berupa upacara adat khas Sunda yang biasanya dilaksanakan usai kelahiran bayi pada usia 7 hari, 14 hari atau 21 hari.
Jika umur bayi sudah sampai,maka orang tua wajib menyembelih kambing untuk menebus jiwa sang bayi dari Tuhan Yang Maha Esa.
Ada ketentuan khusus dalam hal Ekahan, jika anaknya perempuan (wanita) maka kambingnya harus ada 1 ekor, sementara jika anaknya laki-laki maka kambingnya harus ada 2 ekor.
Upacara ini tergolong sangat sakral dengan tujuan adalah untuk mensucikan jiwa dan bathin sang bayi yang baru lahir, sekaligus juga sebagai tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia pemberian keturunan.
Upacara dan tradisi masyarakat seperti ini sebenarnya juga ada di beberapa tempat lain, seperti pada upacara adat Jawa Timur, Jawa Tengah dan beberapa daerah lainnya.
Tradisi Ekahan sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu, merupakan bagian dari ajaran Islam yang disebarkan oleh para Wali di tanah Jawa.
Upacara Adat Ngalungsur Pusaka
Jika anda ingin menjumpai upacara Ngalungsur Pusaka ini, maka berkunjunglah ke daerah Garut, di sana tradisi adat ini masih banyak dilakukan dengan dipimpin oleh seorang juru kunci atau kuncen yang merupakan bukti bahwa mereka masih melestarikan dan melaksanakan tradisi leluhurnya.
Jika berkunjung ke daerah sana, mereka pasti akan mensosialisasikan keberadaan beberapa benda pusaka peninggalan milik Sunan Rohmat Suci.
Dalamupacara adat ini, peserta upacara yang ikut menghadiri bisa langsung menyaksikan proses pencucian benda-benda pusaka yang amat sakral.
Beragam benda pusaka disana merupakan sebuah simbol konduite dari perjuangan Sunan Rohmat Kudus dalam memperjuangkan Islam pada masa beliau masih hidup.
Kebiasaan Gusaran Masyarakat Jawa Barat
Tradisi Gusaran merupakan salah satu upacara tradisional Jawa Barat yang khusus ditujukan kepada anak perempuan dengan cara meratakan gigi anak perempuan tersebut dengan alat khusus.
Si anak wanita dalam upacara Gusaran ini akan dilubangi telinganya untuk mulai menggunakan anting-anting pada daun telinganya.
Tujuannya tentu saja tidak lain adalah untuk mempercantik diri sang anak perempuan ketika beranjak dewasa. Lihat juga keragaman kesenian khas Jawa Barat dalam tema Tarian Tradisional Khas Sunda.
Upacara Turun Teneuh

Turun Taneuh merupakan upacara yang khusus dilakukan untuk bayi oleh pihak keluarga saat sang bayi baru mau menginjakkan kakinya di tanah untuk pertama kalinya.
Nah, setelah bayi sudah akan menginjakkan kakinya di tanah, maka mereka (pihak keluarga) akan melakukan sebuah prosesi dimana sang bayi nantinya disediakan berbagai barang untuk di pilih oleh si anak, seperti padi, emas, kaca, sisir dan uang.
Menurut sebagian kepercayaan masyarakat setempat, konon barang yang diambil oleh sang bayi itulah jalan hidup yang nantinya akan dia jalani selama hidupnya.
Misalnya saja, apabila sang bayi kebetulan mengambil uang, maka kemungkinan si bayi tersebut akan mudah dalam proses mencari rejeki dalam kehidupannya kelak.
Tentu ini mitos, boleh dipercaya, boleh juga nggak.
Tradisi Nurunkeun di Jawa Barat
Nurunkeun merupakan bagian dari upacara tradisional khas Sunda Jawa Barat yang ditujukan kepada sang bayi, Masyarakat Sunda mengajak bayi yang barusan lahir untuk keluar rumah sambil memperkenalkan lingkungan sekitar.
Upacara Nurunkeun ini dilaksanakan pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi.
Dalam prosesi upacara Nurunkeun ini, setelah sang bayi keluar halaman rumah, pihak keluarga biasanya akan membuatkan pohon-pohonan dan melatakkan beberapa mainan di atasnya.
Nanti, si anak-anak ini akan berebut untuk memperoleh mainan-mainan tersebut.
Tujuan dari upcara adat masyarakat Sunda ini adalah agar si Bayi bisa lebih dikenal oleh masyarakat sekitarnya dan memberi kesempatan si bayi untuk mendapatkan lebih banyak intraksi dengan dunia sekitarnya.
Upacara Adat Ngarot di Jawa Barat

Upacara adat Jawa Barat berikutnya adalah Ngarot, tradisi ini banyak diadakan oleh masyarakat daerah kabupaten Indramayu.
Ngarot adalah salah satu upacara adat di daerah Jawa Barat dalam rangka menyambut musim garapan sawah saat musim penghujan tiba.
Mayarakat disana akan melaksanakan upacara ini ketika sudah mulai musim tanam atau musim penghujan, mereka juga menggelar upacara ini dengan mengadakan arak-arakan ke arah balai desa.
Kemudian apa tujuan dari upacara Ngarot ini?
Tujuannya tentu positif, yaitu sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan dan memohon keberkahan hasil tani para petani masyarakat setempat.
Tradisi Nyalawean

Tradisi Nyalawean adalah bagian dari tradisi sebagian masyarakat Jawa Barat yang bersifat keagamaan, dengan tujuan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Lokasi yang biasa dimbil dalam penggelaran acara ini adalah alun-alun Desa Trusmi, Kabupaten Cirebon.
Secara umum, kebiasaan ini berlangsung dengan menghabiskan waktu selama 5 hari dan dilaksanakan 12 hari usai acara peringatan di Keraton Cirebon.
Pergi berziarah ke makam para leluhur juga mereka lakukan dengan berbekal kepercayaan untuk memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan, serta rahmat dari tuhan.
Tradisi Bubur Asyura
Upacara yang cukup unik berikutnya adalah tradisi bubur Asyura yang mana upacara ini sebenarnya adalah peringatan Hari Asyura, yang erat hubungannya dengan wafatnya Imam Husein, cucu Nabi Muhammad SAW, dalam peristiwa di Karbala.
Masyarakat Jawa Barat yang melakukan tradisi ini adalah warga daerah Cilacap, mereka mengaitkan kebiasaan ini dengan peristiwa Nabi Nuh.
Meski demikian, ada juga sebagian masyarakat belakangan ini yang mengaitkan tradisi ini dengan Dewi Kesuburan, yaitu Nyi Pohaci Sanghyang Sri.
Upacara adat ini dilaksanakan di luar rumah salah seorang warga yang mereka percaya bisa memandu terlaksananya upacara ini.
Ngirab / Rebo Wekasan

Upacara adat Jawa Barat berikutnya yang mengandung nilai religius yaitu Ngirab, masyarakat setempat juga mengenalnya dengan nama Rebo Wekasan.
Masyarakat daerah Sungai Drajat seperti di daerah Cirebon sangat sering menjalankan upacara ini.
Pelaksanaan tradisi ini ditandai dengan berziarah ke petilasan atau makam Sunan Kalijaga, yang mereka lakukan pada hari Rabu minggu terakhir bulan Shafar.
Waktunya sendiri mereka lakukan secara khusus.
Mengapa hari Rabu?
Masyarakat meyakini bahwa hari Rabu adalah hari terbaik untuk ditetapkan sebagai waktu ziarah guna melenyapkan segala bala dan kesialan kehidupan.
Tradisi Seren Taun

Upacara adat Jawa Barat terakhir yang akan saya share adalah tradisi Seren Taun, yaitu sebuah upacara yang intinya mengangkut padi dari sawah ke lumbung dengan menggunakan Rengkong (semacam pikulan khas yang terbuat dari bambu) sambil diiringi dengan alunan alat musik tradisional.
Tradisi adat ini bisa dengan mudah dijumpai di daerah Cigugur, Kuningan, dan Sirnarasa Cisolok, Sukabumi.
Tujuan diadakannya tradisi Seren Taun ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur terhadap yang maha kuasa karena telah menurunkan rahmatnya sehingga kegiatan panen mereka bisa berhasil. Mereka juga memohon agar hasil pertanian mereka kedepannya juga semakin baik.
Sebagian masyarakat juga menamakan prosesi ini dengan sebutan Seba.
Penutup Upacara Adat Jawa Barat
Pada intinya adalah, setiap daerah di Indonesia punya kekayaan budaya yang luar biasa, saya juga pernah membahas beragam tarian tradisional yang berasal dari Jawa Tengah dan Sunda.
Tarian adat Maluku dan Tarian adat Jakarta juga memperjelas betapa kayanya negara ini dengan segala hasil karya keseniannya.
Bahkan di Jawa Barat sendiri juga punya beragam tarian dan upacara seperti yang saya kupas tuntas diatas.
Mungkin cukup sekian penjelasan tentang upacara adat Jawa Barat yang bisa saya share untuk anda dalam kesempatan kali ini.
Saya pribadi tentunya berharap, semoga apa yang saya tulis ini bisa menyebarkan manfaat serta menambah wawasan keilmuan kita semua.