| by tori susanto | No comments

Sejarah Reog Ponorogo – Asal Usul, Tokoh [ Terlengkap ] +Gambar

Sejarah Reog Ponorogo merupakan sebuah kesenian dan kebudayaan dari jawa timur. Sejarah reog porogo dimulai sejak tahun 1920an, yang merupakan tarian tradisional dalam arena terbuka yang berfungsi sebagai hiburan rakyat. 

Ada banyak versi tentang asal usul Reog Ponorogo, cerita yang paling terkenal adalah kisah tentang pemberontakan seorang abdi kerajaan yang bernama ki ageng kutu.

Pada masa pemerintahan brei kertabumi, yakni Raja Majapahit yang terakhir.

Biasanya, gerbang yang berada di kota Ponorogo ini dihiasi oleh warok serta gemblak. Kedua sosok inilah yang juga ikut tampil pada saat kesenian reog ini disajikan.

Untuk lebih memahami tentang sejarah reog ponorogo, mari kita baca artikel ini hingga habis:

Sejarah Kesenian Reog Ponorogo

Sejarah reog ponorogo
You tube

Sejarah Reog Ponorogo secara singkat ada banyak versinya. Namun cerita yang paling terkenal yaitu tentang pemberontakan oleh Ki Ageng Kutu.

Beliau adalah seorang abdi kerajaan ketika masih dalam masa pemerintahan Bhre Kertabhumi, yang merupakan raja kerajaan Majapahit yang terakhir berkuasa sekitar abad 15.

Tokoh Ki Ageng Kutu

Semua dimulai saat Ki Ageng Kutu marah besar, karena pengaruh yang kuat dari pihak istri raja kerajaan Majapahit yang berasal dari negeri Cina.

Selain hal itu, beliau juga marah besar terhadap rajanya sendiri, karena dalam menjalankan pemerintahannya banyak terjadi korupsi. Beliau sudah dapat memprediksi bahwa tidak lama lagi kekuasaan dari kerajaan Majapahit akan segera berakhir.

Akhirnya beliau memutuskan untuk pergi meninggalkan kerajaan. Beliau pergi ke sebuah daerah dan membangun perguruan. Disana beliau sendiri yang mengajar ilmu kekebalan diri serta seni bela diri untuk anak-anak muda, dan juga ilmu kesempurnaan hidup.

Beliau menaruh harapan pada mereka bahwa inilah bibit-bibit calon kebangkitan kerajaan Majapahit yang mulai runtuh.

Beliau menyadari bahwa pasukannya terlalu kecil dan lemah jika harus melawan pasukan dari kerajaan.

Oleh karena itu, pesan Ki Ageng Kutu menyampaikan pesan politis ini hanya melalui pertunjukan seni Reog Ponorogo, sekaligus juga mengandung sindiran terhadap Raja Kertabhumi serta kerajaannya.

Pertunjukan Reog Ponorogo

Asal usul reog ponorogo
Gema Budaya

Panggelaran Reog Ponorogo ini juga menjadi cara sekaligus strategi dari Ki Ageng Kutu, untuk menciptakan perlawanan dari masyarakat local dengan menggunakan kepopuleran Reog.

Pada saat pertunjukan Reog, juga ditampilkan topeng dengan bentuk kepala singa yang biasa dikenal sebagai “Singa barong”, raja hutan, yang disimbolkan sebagai Kertabhumi.

Di bagian atas, bulu-bulu merak ditancapkan hingga benar-benar mirip seperti kipas berukuran raksasa. Hal ini menjadi simbol sebagai pengaruh kuat dari para rekan Cinanya. Serta mengatur atas segala gerak-gerik yang dilakukannya.

Jatilan, adalah sebuah peran yang diperankan oleh gemblak yang sedang menunggangi kuda-kudaan. Hal ini menjadi simbol kekuatan dari pasukan Kerajaan Majapahit dan menjadi perbandingan yang sangat mencolok antar kekuatan warok.

Selain itu, di balik topeng ada badut merah sebagai simbol Ki Ageng Kutu yang sedang sendirian menopang berat topeng singobarong, hingga beratnya lebih 50 kg hanya dengan mengandalkan giginya.

Reog Ki Ageng Kutu ini akhirnya populer dan menyebabkan Bhre Kertabhumi segera mengambil tindakan dengan menyerang perguruan Ki Ageng Kutu, pemberontakan ini akhirnya dapat dilerai dengan sigap sigap oleh warok.

Akibat dari hal ini, menyebabkan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajarannya.

Namun, murid-murid dari Ki Ageng kutu tetap melanjutkan ajaran ini meskipun dengan cara diam-diam dan sembunyi-sembunyi.

Meskipun begitu, kesenian Reog pada akhirnya tetap diizinkan untuk melakukan acara pementasan, karena kesenian ini sudah sangat terkenal di antara kaum masyarakat.

Namun, dari segi jalan ceritanya memiliki alur cerita yang masih baru, karena sudah ditambahkan dengan karakter-karakter yang sudah ada dari cerita rakyat di daerah Ponorogo, seperti diantaranya Dewi Songgolangit, Kelono Sewandono, serta Sri Genthayu.

Sampai saat ini, masyarakat Ponorogo masih menjaga kelestarian dan hanya mengikuti apa yang sudah menjadi warisan leluhur dan budaya mereka.

Seni Reog Ponorogo ini adalah sebuah karya cipta dan kreasi manusia dalam aliran kepercayaan secara turun temurun dan masih dijaga kelestariannya.

Tokoh Warok

Sejarah reog ponorogo
Mapio.net

Hingga saat ini, warok masih sangat dihormati sebagai sesepuh di masyarakat. Seorang warok mempunyai kedekatan yang sangat tinggi dalam dunia spiritual, sehingga sering kali membuat seorang warok dimintai nasehatnya oleh masyarakat sebagai pegangan spiritual, ataupun ketentraman hidup.

Konon, seorang warok harus menguasai apa yang disebut dengan Reh Kamusankan Sejati, atau jalan kemanusiaan yang sejati.

Warok merupakan sebuah pasukan yang berpegang pada kebenaran dalam pertarungan yang terjadi pada kebaikan dan kejahatan.

Sebuah cerita dalam kesenian reog, warok tua digambarkan sebagai tokoh pengayom, sedangkan Warok Muda adalah warok yang masih ada dalam tahap menuntut ilmu.

Warok hingga saat ini dipersepsikan sebagai tokoh, yang pemerannya harus mempunyai kelebihan atau kekuatan tertentu.

Bahkan juga banyak cerita miring seputar kehidupan warok yang mengatakan bahwa warok merupakan sosok dengan stereotip, memakai kolor, berpakaian serba hitam, mempunyai kesaktian dan gemblakan.

Menurut sesepuh warok, yang bernama Kasni Gunopati atau yang dikenal dengan Mbah Wo Kucing, warok bukanlah seorang yang sombong dan takabur karena kekuatan yang dimilikinya.

Warok adalah orang yang memiliki tekad suci, siap memberikan tuntunan atau ajaran lurus serta perlindungan tanpa pamrih.

Sejarah reog ponorogo dalam bahasa jawa juga ada beberapa fersi, warok dalam bahasa jawa berasal dari kata wewarah, warok merupakan wong kang sugih wewarah.

Artinya, seseorang yang mencapai tingkat warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik.

“Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa”  artinya, warok adalah orang yang sudah sempurna dalam perjalanan hidupnya, dan sudah sampai pada pengendapan batin.

Syarat Menjadi Warok

  1. Warok harus menjalankan perannya dengan baik, salah satu syaratnya adalah tubuh harus bersih karena akan diisi.
  2. Warok harus bisa menahan segala hawa nafsu, menahan lapar dan haus dan juga tidak bersentuhan dengan perempuan.
  3. Seorang calon warok harus mempersiapkan seekor ayam jago, kain mori 2,5 meter, tikar pandan untuk selamatan bersama.

Setelah itu, calon warok akan dilatih dengan berbagai ilmu kanuragan dan juga ilmu kebatinan. Kemudian setelah dinyatakan menguasai ilmu tersebut, ia lalu ditetapkan sebagai seorang warok sejati dalam sebuah acara pengukuhan.

Ia dianugrahi senjata khusus yang disebut kolor wasiat, berupa tali panjang berwarna putih, senjata andalan para warok.

Saat ini warok sejati hanya menjadi legenda yang tersisa. Ada beberapa kelompok warok yang berada di daerah – daerah tertentu yang masih yang menjalankan kebudayaan ini dengan teguh, mereka masih dianggap sebagai sosok yang dituakan dan disegani, bahkan hingga para pejabat pemerintah selalu meminta restunya.

( Baca Juga Artikel Terkait: Pengertian Sejarah Menurut Para Ahli )

Gemblakan

Sejarah reog ponorogo
WordPress

Selain beberapa persyaratan yang harus dilalui untuk menjadi seorang warok, selanjutnya ada sesosok pemeran yang disebut dengan Gemblakan.

Warok pada zaman dahulu dikenal mempunyai banyak gemblak, yaitu seorang lelaki yang berusia belasan tahun, yaitu sekitar 12-15 tahun berparas tampan dan terawat yang dipelihara sebagai kelangenan, bahkan kadang lebih disayang ketimbang istri dan anaknya.

Memelihara gemblak merupakan tradisi yang sudah mendarah daging oleh para komunitas seniman reog.

Bagi seorang warok, hal tersebut merupakan hal yang biasa dan wajar diterima di masyarakat. Konon sesama warok pernah terjadi adu kesaktian hanya untuk memperebutkan seorang gemblak idaman.

Selain itu, kadang juga terjadi pinjam meminjam gemblak antar sesama warok, dan biaya yang dikeluarkan warok untuk mendapatkan seorang gemblak tidak murah.

Bila gemblak masih bersekolah, maka warok yang memeliharanya harus menanggung biaya keperluan sekolahnya, di samping juga memberinya makan serta tempat tinggal.

Sedangkan apabila gemblak tidak bersekolah, maka warok harus memberikan seekor sapi setiap tahun.

Konon hal itu merupakan sesuatu yang wajib, dan berasal dari perintah sang guru untuk memperoleh kesaktian.

Kewajiban setiap warok untuk memelihara gemblak dipercaya dapat mempertahankan kesaktian yang diperolehnya.

Selain itu, ada kepercayaan lain di kalangan warok yang juga sudah berakar kuat, yaitu apabila seorang warok berhubungan intim dengan perempuan, meskipun dengan istri sendiri, itu dapat melunturkan seluruh kesaktian warok.

Saling menyayangi, mengasihi dan berusaha membahagiakan merupakan ciri khas hubungan khusus antara gemblak dan waroknya.

Pada zaman sekarang, memang sudah terjadi pergeseran hubungan dengan gemblakan, bahkan gemblak sudah sangat sulit ditemui.

Seiring perubahan zaman, tradisi memelihara gemblak semakin lama juga semakin luntur.

Gemblak dahulu biasa berperan sebagai penari ( jatilan ) atau kuda lumping. Kini perannya sudah digantikan oleh remaja putri, Padahal kesenian ini dahulu hanya ditampilkan oleh pria tanpa adanya peranan seorang wanita.

Reog Di Masa Sekarang

peran reog ponorogo
iStock

Para seniman Reog Ponorogo dari berbagai lulusan sekolah seni juga turut memberikan perang serta pengaruhnya untuk perkembangan seni tari reog ponorogo.

Mahasiswa dari sekolah seni ikut memperkenalkan estetika seni panggung dan juga gerakan-gerakan koreografis, sehingga jadilah tarian reog ponorogo dengan format festival seperti sekarang.

Ada alur cerita serta urutan, siapa yang akan tampil lebih dulu, yaitu Warok, setelah itu kemudian jatilan, Bujangganong, Klana Sewandana, selanjutnya barulah Barongan atau Dadak Merak di akhir babak.

Ketika salah satu dari unsur tersebut mulai beraksi, maka unsur yang lain juga ikut bergerak atau menari, meski tidak menonjol.

Yayasan Reog Ponorogo memprakarsai berdirinya Paguyuban Reog Nusantara beberapa tahun yang lalu dan sekarang anggotanya sudah terdiri dari beberapa grup reog yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, yang pernah tampil dalam Festival Reog Nasional.

Reog ponorogo sangat terbuka dalam menerima pengayaan dan perubahan dalam ragam geraknya.

Tokoh-Tokoh Dalam Seni Reog

1. Jathil

Tokoh dalam seni reog ponorogo
KRATONPEDIA

Jathil merupakan prajurit berkuda dan juga salah satu tokoh yang berperan dalam seni Reog, sedangkan Jathilan adalah tarian yang menggambarkan ketangkasan dari prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda.

Tarian ini ditampilkan oleh para penari, di mana antara penari saling berpasangan antara yang satu dengan yang lainya.

Gambaran ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan oleh sang penari dengan ekspresi atau semangat dalam pertunjukan.

2. Warok

Slah sato tokoh dalam seni reog
Flickr

Kata Warok berasal dari kata wewarah yang berarti adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih.

Warok merupakan wong sugih wewarah, atau orang yang kaya akan wewarah.

Maksudnya adalah, seseorang yang menjadi warok itu karena mampu memberi petunjuk hidup atau pengajaran kepada orang lain tentang bagaimana menjalani hidup yang baik.

Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa, maksudnya dari bahasa tersubut adalah, warok merupakan orang yang sudah sempurna dalam perjalanan hidupnya, dan sudah sampai pada pengendapan batin.

3. Barongan (Dadak merak)

Barongan (Dadak merak)
You Tube

Barongan (Dadak merak) adalah peralatan tari yang paling banyak digunakan dalam kesenian Reog Ponorogo.

Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau (caplokan), bahannya terbuat dari kerangka kayu, rotan, dan bambu yang ditutup dengan kulit Harimau.

Gembong Dadak merak, kerangkanya dibuat dari bahan bambu dan rotan sebagai tempat untuk menata bulu merak.

Semua didesain agar dapat menggambarkan seekor merak yang sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik-manik atau tasbih.

Krakap terbuat dari bahan kain beledu yang berwarna hitam, dan disulam dengan monte.

Krakap merupakan aksesori untuk tempat menuliskan identitas grup Reog. Dadak model ini ukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir mencapai 50 kilogram.

4. Klono Sewandono

Tokoh dalam seni reog
Flickr

lono Sewandono atau lebih dikenal dengan Raja Klono merupakan seorang raja sakti mandraguna yang mempunyai pusaka andalan berupa cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Pecut Samandiman.

kemanapun perginya sang Raja yang masih muda dan tampan ini selalu membawa pusaka tersebut.

Pusaka tersebut ia gunakan hanya untuk melindungi diri dan rakyatnya. Kegagahan sang Raja digambarkan dalam gerak sebuah tarian yang lincah serta berwibawa.

Dalam suatu cerita, dikisahkan bahwa Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk memenuhi permintaan seorang Putri (kekasihnya).

Karena pada saat itu sang Raja sedang dalam mabuk asmara, maka gerakan tariannya pun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran

5. Bujang Ganong (Ganongan)

Sejarah reog ponorogo
Pinterest

Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom merupakan salah seorang tokoh yang energik, kocak sekaligus juga punya keahlian dalam seni bela diri.

Disetiap sang patih tampil, pasti senantiasa diperankan oleh 2 orang yang pada umumnya penampilannya selalu ditunggu-tunggu oleh penonton, khususnya anak-anak.

Bujang Ganong adalah sesosok seorang patih yang digambarkan sebagai seorang yang masih muda yang cekatan, berkemauan keras, jenaka, cerdik, dan juga sakti.

Demikianlah pembahasan tentang sejarah reog ponorogo yang sangat perlu kita ketahui sebagai anak bangsa, khususnya daerah ponorogo sendiri untuk senantiasa menjaga warisan budaya lokal.

Tinggalkan Balasan