
Mempelajari rumah adat suatu daerah memang tidaklah wajib, namun mempertahankan dan melestarikan kebudayaan negeri adalah tanggung jawab kita bersama, maka dari itu disini saya akan membantu menyiapkan berbagai informasi lengkap tentang “rumah adat Bali”.
Sebuah pembahasan yang cukup menarik jika dijadikan topik pembahasan rumah adat, pasalnya Bali merupakan suatu daerah yang populer dengan keragaman budaya, serta adat yang begitu kental.
Bahkan, sebagai destinasi wisata yang kompleks dan populer dapat menjadikan siapa saja yang berkunjung ke Bali pasti termanjakan oleh beragam kelebihan yang dimiliki.
Kemudian yang terpenting, kita sebagai generasi muda, harus tau dan mampu menjaga kelestariannya, yang diwariskan oleh para leluhur sebagai simbol keunggulan budaya dan pariwisata kita di mata dunia.
Mau tau informasi lebih lengkapnya, langsung aja kita mulai..
Model Arsitektur Rumah Adat Bali

Untuk Anda yang sudah pernah mengunjungi Bali, tentunya kalian sudah pernah melihatnya secara langsung atau bahkan memasuki rumah adat Bali bukan?
Rumah tradisional yang memiliki desain bagus dan unik ini di sebut dengan Gapura Candi Bentar yang saat ini sudah di tetapkan menjadi rumah adat Bali.
Selain itu, rumah tradisional khas pulau dewata ini juga memiliki desain keunikan yang sangat bagus, maka tak jarang banyak warga di Bali yang mendesain rumahnya menyerupai rumah khas ini.
Ternyata, masyarakat Bali tidak hanya memiliki Gapura Candi Bentar saja sebagai rumah adat, namun faktanya, ada banyak lagi rumah adat yang di miliki oleh masyarakat Bali dengan berbagai jenis.
Gaya arsitektur Bali yang populer adalah model Gapura Candi Bentar yang memiliki desain unik
Hanya saja mungkin tidak banyak yang belum kita tau, maka dari itu, di sini saya akan menyajikan selengkap-lengkapnya tentang rumah adat yang ada di pulau Bali:
Unsur Penting Dalam Desain Rumah Adat Bali

Dalam membangun rumah tradisional khas Bali, ada beberapa penting yang perlu diperhatikan, yaitu:
Patokan Dalam Pembagian Ruang
Dalam membangun rumah adat, terutama dalam menentukan dan membangun ruangan, terdapat adat istiadat yang perlu diperhatikan dan bahkan sudah jadi patokan.
Semua itu terdapat dalam sejarah yang menuturkan bahwa aturan penempatan lahan diatur dalam Kitab Weda (Asta Kosala Kosali).
Rumah Bali merupakan miniatur alam semesta atau Bhuana Agung yang digunakan sebagai tempat beraktivitas bagi manusia atau Bhuana Alit.
Dalam membangun rumah adat Bali, terdapat beberapa unsur penting yang perlu dipertimbangkan, seperti tata ruangan dan kontruksi bangunan
Bagi masyarakat Bali dalam membangun rumah adat, terdapat beberapa panduan dalam menentukan sudut, yaitu sudut utara dan timur yang dianggap lebih suci dari pada sudut lainnya, yaitu barat dan selatan.
Aturan Bangunan Rumah dan Gapura Candi Bentar
Di Bali, terdapat beberapa rumah adat yang memiliki bentuk segi empat selain Gapura Candi Bentar yang memang sudah populer.
Di dalamnya, terdapat beberapa kontruksi bangunan yang mempunyai fungsi yang berbeda-berbeda.
Di sekeliling bangunan-bangunan ini terdapat tembok besar sebagai pagar yang dapat memisahkan lingkungan luar dan dalam rumah.
Artikel terkait
Macam-Macam Bangunan Rumah Adat Bali

Dalam ulasan berikut ini, terdapat beberapa macam bangunan penting yang merupakan bagian dari rumah adat, yang akan dijelaskan lebih rinci untuk Anda.
Angkul-Angkul

Angkul-angkul merupakan bagian dari rumah adat yang berupa pintu masuk utama sebelum memasuki rumah, bentuknya juga hampir sama dengan Gapura Candi Bentar.
Namun ada sedikit perbedaan dari segi fungsi, yang mana Angkul-Angkul lebih condong ke pintu masuk.
Lebih jelasnya, perbedaan antara Angkul-Angkul dengan Gapura Candi Bentar terdapat pada atap yang menghubungkan kedua bangunan yang letaknya sejajar.
Aling-Aling

Sama dengan namanya, Aling-Aling adalah pembatas antara Angkul-Angkul dengan halaman yang dijadikan tempat suci, dalam rumah adat Bali beberapa bangunan diyakini dapat memberi aura positif.
Seperti halnya penyengker yang merupakan dinding pembatas, di dalamnya terdapat ruangan yang dapat digunakan untuk beraktivitas bagi penghuninya.
Selain itu, masyarakat juga menggunakan patung sebagai pembatas atau penyengker.
Rumah Adat Bale Manten

Rumah adat Bali Manten merupakan sebuah ruangan yang biasa dijadikan tempat bagi kepala keluarga ataupun anak gadis.
Letaknya sendiri biasanya berada di sebelah utara dengan bentuk persegi panjang, serta terdapat bale-bale di bagian kanan dan kirinya.
Rumah Adat Bale Manten ini dibangun sebagai bentuk perhatian untuk anak gadis yang ada di keluarga Bali.
Bangunan Sanggah

Bangunan Sanggah adalah bangunan suci masyarakat Bali, bangunan ini biasanya ditempatkan di sebelah ujung timur laut dari rumah.
Bangunan Sanggah ini juga berfungsi sebagai tempat sembahyang bagi keluarga besar yang biasa melakukan sembahyang umat Hindu.
Bale Dauh

Bale Dauh merupakan tempat khusus untuk menerima tamu oleh masyarakat Bali.
Selain dijadikan sebagai tempat untuk menerima tamu, ruangan dalam rumah adat Bali ini juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat tidur bagi anak remaja laki-laki.
Tidak jauh berbeda dengan Bale Manten, Bale Dauh ini juga memiliki bentuk persegi panjang, hanya saja bedanya, jika Bale Dauh letaknya berada di bagian dalam ruangan.
Peletakannya sendiri berada di bagian sisi barat, posisi lantainya harus lebih rendah dari pada Bale Manten.
Ciri khas lain pada Bale Dauh yaitu adanya tiang penyangga di ruangan ini, namun dengan jumlah yang berbeda-beda antara rumah yang satu dengan lainnya.
Bale Sekapat

Bale Sekapat merupakan sebuah bangunan yang lebih cocok jika dianalogikan dengan Gazebo yang memiliki empat tiang.
Tempat ini seringnya dijadikan sebagai tempat bersantai oleh para anggota keluarga.
Oleh karena itu, dengan adanya Bale Sekapat ini, keluarga Bali akan menjadi lebih akrab satu sama lain sehingga terjalin hubungan yang lebih harmonis.
Bale Gede

Bale Gede mempunyai bentuk yang hampir sama dengan Bale Manten dan Bale Dauh, yaitu berbentuk persegi dengan tiang yang berjumlah 12.
Fungsi dari ruangan ini adalah untuk melaksanakan upacara adat, maka dari itu, posisinya harus lebih tinggi dari pada Bale Manten.
Dari pada bangunan lainnya, rumah adat ini juga memiliki ukuran yang lebih besar sesuai dengan fungsinya.
Selain dijadikan tempat untuk melakukan ritual adat, tidak jarang Bale Gede juga dijadikan tempat berkumpul dan menyajikan makanan khas Bali serta membakar aneka sesaji.
Jineng atau Klumpu

Rumah adat Bali (Jineng) merupakan sebuah bangunan yang memiliki ukuran sedang yang seluruh materialnya terbuat dari kayu.
Ciri khas dari Jineng yakni penempatannya yang dibuat lebih tinggi, serta didesain khusus menyerupai sebuah goa dengan atap yang terbuat dari jerami kering.
Saat ini, sudah sangat jarang kita temui bangunan Jineng, terutama yang terbuat dari bahan tradisional.
Di beberapa tempat mungkin kita akan menemui bangunan Jineng yang dibuat dengan material berupa pasir, batu bata, semen, dan sebagainya.
Bahkan atapnya pun sudah menggunakan genteng yang ditata sedemikian rupa.
Kebanyakan bangunan ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai menyimpan gabah yang telah dijemur.
Cara ini dilakukan agar gabah dapat terhindar dari serangan burung serta terhindar dari jamur karena penyimpanan di tempat yang lembab.
Untuk bagian bawahnya, Jineng biasanya digunakan untuk menyimpan gabah yang belum dijemur.
Pawaregen

Pawaregen adalah sebuah istilah untuk menyebut dapur pada rumah adat Bali, bangunan ini memiliki ukuran sedang dan letaknya biasanya berada di sebelah barat laut atau selatan dari rumah utama.
Ruangan ini juga memiliki dua area, diantaranya yaitu area untuk memasak serta area untuk penyimpanan alat-alat dapur.
Selain itu, cara memasaknya pun masih dengan cara tradisional yaitu dengan menggunakan kayu bakar.
Lumbung
Lumbung adalah tempat khusus yang digunakan untuk menyimpan makanan pokok, misalnya seperti, jagung, padi, dan sebagainya.
Material Pembangunan Rumah Adat Bali

Seperti yang umum diketahui bahwa, dalam agama Hindu terdapat sistem kasta, maka dari itu, pembangunan rumah adat Bali tidak dapat disamaratakan.
Selain karena kasta, perbedaan pembangunan juga disebabkan karena faktor ekonomi dalam setiap keluarga.
Maka dari itu, untuk masyarakat biasa, dalam membangun rumah adat hanya perlu menggunakan peci (terbuat dari tanah liat).
Unsur arsitektur rumah adat Bali dipengaruhi oleh agama Hindu dan Jawa kuno, bahan material pembuatan rumah adat biasa berupa atap jerami, kayu kelapa, bambu, batu dan batu bata
Namun untuk para bangsawan, mereka biasanya menggunakan tumpukan bata untuk dijadikan sebagai pondasi dasar rumah.
Sedang untuk bagian atapnya umumnya menggunakan bahan genting.
Filosofi Rumah Adat Bali

Menurut filosofi masyarakat Bali, untuk mencapai kedinamisan dalam kehidupan, maka harus ada hubungan yang harmonis antara aspek palemahan, pawongan, serta parahyangan.
Maka dari itu, dalam membangun rumah adat Bali harus meliputi aspek tersebut yang dikenal dengan istilah “Tri Hita Karana”, yaitu:
- Pawongan, artinya adalah sang penghuni rumah,
- Palemahan artinya suatu keharusan untuk membangun hubungan baik antara penghuni dan lingkungannya.
Arsitektur dalam rumah tradisional Bali umumnya penuh dengan hiasan seperti ukiran, peralatan dan juga pemberian warna.
Namun tidak hanya sekedar hiasan, namun juga mengandung arti tertentu untuk mengungkapkan keindahan simbol-simbol serta penyampaian komunikasi.
Tidak hanya sekedar bangunan adat. Lebih dari itu rumah adat Bali juga memiliki beragam makna dan filosofi tersendiri di tiap-tiap unsur bangunannya
Beragam hiasan ini bisa berupa bermacam-macam jenis fauna, yang ditunjukkan dalam bentuk patung sebagai simbol-simbol dalam ritual.
Rumah adat yang dibangun menggunakan aturan Asta Kosala Kosali ini bisa diibaratkan dengan Feng Shui dalam budaya Cina.
Dalam mendirikan rumah adat, masyarakat Bali biasanya akan mementingkan arah ke mana rumah akan menghadap, karena arah mempunyai arti sangat penting dalam kepercayaan dan kehidupan suku Bali.
Salah satu hal yang dipercaya keramat atau suci adalah dengan meletakkan rumah ke arah dimana letaknya gunung.
Pasalnya, gunung merupakan benda yang sangat keramat.
Arah ini disebut dengan istilah Kaja, namun juga sebaliknya yaitu hal yang tidak dianggap suci, yaitu meletakkan pada arah laut atau disebut dengan Kelod.
Jadi, sebuah Pura desa dapat dianggap suci bila mana menghadap ke arah gunung (Kaja), sedangkan Pura Dalem ataupun kuil yang ada hubungannya dengan kematian selalu diarahkan ke laut (Kelod).
Dalam hal mendirikan rumah, masyarakat Bali tidak dapat melepaskan diri dari kehidupan agama dan adatnya.
Ragam Ukiran dan Hiasan Rumah Adat Bali

Arsitektur rumah Bali memang dipenuhi dengan beragam hiasan.
Berbagai ornamen seperti ukiran dan pahatan mengambil kehidupan di bumi, misalnya berupa manusia, tumbuhan, dan juga binatang.
Selain itu, beragam ornamen cantik pada rumah adat Bali, baik ukiran ataupun hiasan biasanya ditempatkan pada sisi-sisi bangunan, meliputi:
- Keketusan yaitu motif tumbuhan berbentuk lengkungan-lengkungan bunga besar dengan daun yang lebar. Umumnya, Keketusan diletakkan pada bidang yang luas dengan jenis yang berbermacam-macam termasuk keketusan wangsa, bunga tuwung, bun-bun dan sebagainya.
- Kekarangan yakni pahatan yang miliki motif karangan seperti tumbuhan lebat dengan daun terurai ke bawah mirip seperti rumpun perdu. Hiasan ini biasanya dipahatkan pada sudut batasan sebelah atas yang disebut dengan karang simbar, sedangkan di sendi tugek disebut dengan karang suring.
- Pepatran yakni suatu hiasan dengan motif bunga-bungaan, contohnya patra sari yang diletakkan pada bidang sempit seperti layaknya tiang-tiang dan blandar. Ada pula jenis-jenis patra lainnya, meliputi patra pid-pid, patra pal, patra samblung, patra sulur, dan juga patra ganggong. Seluruhnya berbentuk deret memanjang yang dibuat berulang-ulang.
Keunikan Rumah Adat Bali
Jika Anda ingin memiliki rumah dengan konsep rumah tradisional khas pulau dewata, maka kenali dulu beberapa karakteristik rumah adat disana dalam artikel ini, kemudian pilih unsur yang sesuai dengan konsep hunian dan selera Anda.
Potret Gapura Candi Bentar Pada Pintu Masuk Rumah Adat Bali

Secara umum, rumah adat Bali memiliki pintu masuk berupa Gapura Candi Bentar.
Ternyata, hal yang demikian tidak hanya ditemukan Bali saja, Gapura ini juga dapat ditemukan di pulau Jawa dan Lombok, terutama pada bangunan keraton, makam, hingga tempat suci yang bernuansa budaya Hindu.
Sebenarnya, Gapura Candi Bentar bukanlah sebagai representasi tempat ibadah, namun hanya lebih kepada sisi estetika dari sebuah pintu masuk, serta detail bangunan yang lebih dekoratif.
Adanya beragam ornamen unik serta konsep dan model bangunan yang artistik menjadikan rumah adat yang satu ini bertambah unik dan benar-benar menarik
Umumnya, Candi Bentar mempunyai beberapa anak tangga dan tidak memiliki atap.
Jika Anda ingin memberi nuansa etnik pada pintu masuk rumah Anda, maka Anda bisa mengadaptasi Candi Bentar ini sebagai contohnya.
Pagar Tembok Rumah Adat Bali Tidak Hanya Sekedar Pembatas Rumah
Umumnya, Bali memiliki rumah adat yang dilengkapi dengan pagar tembok sebagai pembatas rumah. Hal ini karena masyarakat Bali percaya bahwa pagar dapat melindungi mereka dari beragam gangguan roh jahat.
Dalam membangun tembok rumah adat pun tidak terlalu tinggi, karena umumnya pagar hanya memiliki tinggi yang sedang serta tidak sampai menutupi pandangan, tapi tetap melindungi privasi.
Bahan pembangunannya juga hampir sama dengan material Gapura dan Pura pemujaannya, pagar tembok pada rumah adat Bali menggunakan material dari batu candi atau batu bata ekspos.
Anda bisa menerapkan unsur ini sebagai inspirasi dalam membangun hunian.
Selain itu, Anda juga dapat menggunakan pagar batu dengan dipenuhi material dari batu candi atau batu bata ekspos.
Namun jika hal ini terlalu mencolok untuk Anda, bisa juga dua material ini Anda padukan, batu bata ekspos sebagai material tembok sedang batu candi sebagai pembingkainya.
Hunian Dengan Rumah Adat Bali Dibuat Seperti Kompleks

Keunikan lain yang dimiliki oleh rumah adat Bali adalah hunian yang dibuat seperti kompleks.
Kemudian tiap-tiap bangunannya juga memiliki fungsinya masing-masing dan tidak digabungkan dalam satu atap.
Penataan ruangan ini menerapkan konsep kosmologis serta falsafah dalam kepercayaan dalam masyarakat yang mengatur hubungan individu dengan Tuhan, dengan manusia lain, dan dengan alam.
Aturan tentang tata letak ini ada dalam Kitab Suci Weda yang dikenal dengan Asta Kosala Kosali.
Selain itu, dalam pembangunan rumah adat, biasanya ruangan dibuat secara terpisah menjadi beberapa Bale yang mengelilingi halaman tengah yang luas.
Anda juga dapat meniru ide ini untuk area santai pada hunian Anda.
Namun, jika pekarangan Anda cukup luas (baik di depan atau di bagian belakang), Anda dapat memanfaatkannya untuk membuat rumah santai berupa gazebo ala rumah adat Bali.
Contohnya Anda dapat melihatnya dari properti yang dimiliki D’Umah Bali ini.
Anda juga dapat memasang pilar bernuansa bebatuan, serta atap dari bahan-bahan alam, seperti genting tanah atau ijuk.
Agar nuansa Bali jadi semakin kental, Anda juga dapat menempatkan beberapa kursi panjang dari rotan atau dari bambu.
Ruangan Pada Rumah Adat Bali Diatur Berdasarkan Arah Mata Angin
Dalam membangun rumah adat Bali, sudah ada konsep untuk mengatur akan tata letak berdasarkan mata angin dan juga berdasarkan hierarki.
Masyarakat Bali yang mengikuti aturan dalam membangun rumah adat, biasanya ruangan yang dimuliakan akan diletakkan pada sudut utara dan timur.
Anda juga dapat mengambil ide ini jika Anda sedang merancang atau merenovasi tata ruang rumah Anda.
Manfaatnya, jika bagian rumah Anda di hadapkan ke arah timur, biasanya rumah Anda akan menerima cahaya matahari pagi lebih sejuk ketimbang bagian cahaya matahari sore di bagian Barat.
Seperti yang kita tahu, menurut kesehatan, jika menerima vitamin D dari paparan sinar matahari yang cukup setiap harinya.
Maka Anda dapat mengurangi risiko osteoporosis, lemah otot, hingga depresi serta berbagai penyakit kulit dan tulang lain yang dapat menyerang tubuh Anda.
Maka dari itu, Anda dapat mengatur posisi ruang tidur atau ruang keluarga dengan bukaan jendela besar, untuk memaksimalkan curah cahaya dan sirkulasi udara.
Rancangan Dalam Membangun Rumah Adat Bali Akrab Dengan Nuansa Alam

Adanya aturan antara hubungan manusia dengan alam membuat rumah adat Bali mengadopsi konsep yang akrab dengan nuansa alam.
Perhatikan saja, secara umum, bangunan tradisional khas Bali memiliki halaman yang luas karena individunya didorong agar senantiasa berkomunikasi dengan alam.
Demikian juga pada bagian atap yang sering kali dijumpai dengan fitur tingkap atau tambahan ruang di antara atap dan dinding.
Sehingga sirkulasi udara bisa lebih lancar, serta kedekatan manusia dengan alam tidak akan terlalu terkungkung dengan batas.
Bahan untuk membangun Rumah adat Bali juga menggunakan beberapa material alam yang berbeda-beda, tergantung kekayaan penghuninya atau hierarki.
Jika pemiliknya adalah seorang yang tergolong kasta brahmana atau bangsawan, umumnya menggunakan batu bata ekspos dalam pembangunan rumahnya.
Namun, jika pemiliknya tergolong masyarakat biasa, biasanya rumahnya hanya menggunakan tanah liat.
Untuk material yang digunakan pada bagian atap bisa bermacam-macam, tergantung tingkat kemakmuran yang dimiliki, ada yang menggunakan genting tanah atau ijuk.
Jika Anda ingin mengadopsi konsep rumah khas kebanggaan masyarakat Bali ini sebagai konsep hunian. Anda bisa menggunakan material mana saja, karena Anda tak terikat hierarki seperti yang berlaku dalam masyarakat Bali.
Penutup
Dengan mengetahui informasi tentang rumah adat Bali diatas. Mudah-mudahan ilmu kita semakin bertambah, sehingga kepedulian kita juga ikut bertambah.
Syukur-syukur jika kita dapat terlibat langsung dalam upaya melestarikan beragam kebudayaan yang dimiliki negeri kita ini.
Sekian tulisan ini saya buat, mohon maaf apabila ada kekurangan baik penulisan atau pembahasan. Karena saya disini juga sama-sama belajar menyampaikan informasi sebisa dan semaksimal mungkin.