
Asal Usul Kota Lamongan Jawa Timur [ Sejarah Dan Mitos Lengkap ] +Gambar
Hallo sobat pintar, salam jumpa lagi di artikel kali ini, dan semoga kabar kalian hari ini baik- baik saja ya hehe, kali ini kita akan membahas tentang asal usul kota lamongan.
Asal usul kota lamongan menurut sejarah dan pendapat para ahli berawal dari diwisudanya Adipati Lamongan yang pertama.
Dia adalah Tumenggung Surajaya atau Rangga Hadi, meskipun saat itu pusat pemerintahan masih di pajang.
Hal itu di dilakukan karena Sunan Giri prihatin terhadap Kasultanan Pajang dan selalu resa terhadap situasi pemerintahan yang berjalan kurang mantap.
Berikut ini artikel lengkapnya mengenai asal usul Kota Lamongan beserta dengan perkembangannya untuk anda:
Asal Mula Kota Lamongan

Dalam mempelajari asal usul Kota Lamongan, tentu saya terbesit sedikit dari mana sih, Nama Kota Lamongan ini muncul, lalu kemudian dipakai.
Nah, jadi Nama Kota Lamongan berasal dari Nama seorang tokoh, yang hidup pada masa silam.
Pada zaman dahulu, hidup seorang pemuda bernama Hadi, Karena ia memperoleh pangkat Rangga maka disebut sebagai Rangga Hadi.
Selanjutnya, Rangga Hadi kemudian terkenal dengan sebutan Mbah Lamong.
Sebutan ini khusus diberikan oleh rakyat daerahnya karena Rangga Hadi sangat pandai dalam Ngemong Rakyat.
Beliau juga pandai membina daerah dan mahir dalam mengajarkan agama Islam, serta sangat dicintai oleh seluruh rakyatnya.
Oleh karena inilah asal kata Mbah Lamong lama kelamaan kemudian disebut Lamongan, yaitu Nama daerah seperti yang kita kenal sekarang ini.
Lamongan berbeda dengan daerah-daerah yang ada di Kabupaten lain khususnya di Jawa Timur.
Jika Kebanyakan daerah lain mengambil nama dari prasasti, atau dari suatu Candi dan dari peninggalan sejarah yang lain.
Maka berbeda dengan Kota Lamongan yang mengambil hari jadinya bersumber dari buku wasiat.
Buku wasiat ini Berasal dari catatan silsilah Kanjeng Sunan Giri, yang ditulis dengan tulisan tangan dalam huruf Jawa Kuno/Lama, dan disimpan oleh Juru Kunci Makam Giri di Gresik.
Di dalam buku Almarhum Bapak Muhammad Baddawi, disana tertulis bahwa pada saat diwisudanya Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan, saat itu dilakukan acara pasamuan agung pada tahun 976 H.
Dalam buku wasiat tersebut memang hanya tertulis tahunnya saja, sedangkan tanggal, hari dan bulannya dalam buku tersebut tidak tertulis.
Perintah Penyebaran Agama Islam

Tumenggung Surajaya atau yang memiliki Nama asli Rangga Hadi berasal dari dusun Cancing, yang sekarang termasuk wilayah Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan.
Tumenggung Hadi sejak masih muda sudah nyuwito di Kasunanan Giri, bahkan ia termasuk seorang santri yang dikasihi oleh Kanjeng Sunan Giri karena memiliki sifat dan ahlaq yang baik.
Selain itu, ia juga merupakan seorang pemuda yang terampil, cakap dan cepat dalam menguasai ajaran agama Islam, serta seluk beluk ilmu pemerintahan.
Berdasarkan pertimbangan itu, maka akhirnya Sunan Giri memilih dia untuk melaksanakan perintah menyebarkan Agama Islam, sekaligus juga mengatur pemerintahan dalam kehidupan Rakyat yang ada di sebuah Kawasan sebelah barat Kasunanan Giri, bernama Kenduruan.
Untuk memudahkan dalam melaksanakan tugas berat tersebut, selanjutnya Sunan Giri memberikan Pangkat Rangga kepada Hadi.
Ringkasnya sejarah, Rangga Hadi bersama dengan semua pengikutnya berangkat dengan naik perahu melalui Kali Lamong.
Setelah melakukan perjalanan, hingga akhirnya dapat menemukan tempat yang bernama Kenduruan.
Adapun Nama kawasan yang disebut Kenduruan hingga kini masih ada dan tetap bernama Kenduruan, dan berstatus Kampung di Kelurahan Sidokumpul wilayah Kecamatan Lamongan.
Ternyata di daerah baru tersebut semua tujuan dan usaha Rangga Hadi untuk datang ketempat tersebut dapat berjalan dengan mudah dan lancar.
Nama Kota Lamongan diambil dari Nama Seorang tokoh sekaligus pemimpin di daerah Lamongan di zaman Sunan Giri, beliau adalah Tumenggung Surajaya atau Rangga Hadi yang berjasa besar terhadap rakyat Lamongan.
Terutama dalam hal usaha untuk menyebarkan agama Islam, seperti yang diperintahkan sang guru Sunan Giri.
Kemudian Rangga Hadi mulai mengatur pemerintahan dan kehidupan masyarakat daerah tersebut.
Peninggalan Rangga Hadi, berupa pesantren yang digunakan untuk menyebarkan Agama Islam hingga kini masih ada.
Artikel terkait
( Sejarah Pencak Silat di Indonesia )
Sejarah Kota Lamongan

Jika dilihat dari sejarahnya, Kota Lamongan sudah mulai dihuni oleh manusia sejak zaman pra sejarah.
Berikut penjelasan lebih ditailnya mengenai sejarah Kota Lamongan dan perkembangannya.
1. Masa Pra Sejarah
Sejak zaman sebelum Masehi, daerah Lamongan sebenarnya sudah dihuni oleh manusia.
Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya beberapa peninggalan pra sejarah, seperti berupa benda-benda kuno macam gelang – gelang kuno, kapak corang, dan candrasa.
Semuanya ditemukan didaerah Desa Mantup, Kecamatan Mantup.
Benda – benda tersebut menurut periodenya termasuk kedalam masa perundagian yang sudah berkembang sejak 300 tahun sebelum Masehi.
Selain itu, terdapat pula bukti lain yang ditemukan, seperti ditemukannya kerangka manusia, Lempengan emas, manik-manik kaca dan benda benda lain yang juga ditemukan disekitar daerah tersebut.
2. Masa Perkembangan Hindu
Pengaruh dari agama Hindu juga turut mempengaruhi kehidupan masyarakat Lamongan pada zaman dahulu.
Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya Arca Lingga dan Yoni didaerah sekitar Kecamatan Lamongan, Paciran, Desa Modo, ditemukan sebanyak 7 buah.
Selain di daerah itu, ditemukan lagi Lingga dan Yoni di tiga darah lain, yaitu Kecamatan Ngimbang, Sugio dan Kembangbahu.
Sejak zaman kerajaan Majapahit, Kota Lamongan sudah menjadi Kota yang sangat penting, baik secara budaya maupun agama.
Terdapat banyak petunjuk berupa penemuan penemuan penting yang membuktikan bahwa, Kota Lamongan merupakan Kota yang sangat berarti bagi kerajaan Majapahit.
Seperti yang terdapat pada Perasasti Biuluk 1-1V, yang menerangkan tahun 1288, 1317 saka atau tahun 1366 – 1399.
Perasasti ini merupakan surat yang ditunjukkan oleh Raja Majapahit terhadap keluarga kerajaan yang memerintah di daerah Biuluk dan Tanggulunan.
( Baca Juga: Pengertian Sejarah Menurut Para Ahli )
Tokoh Penting Kota Lamongan

Hari jadi Kota Lamongan, ditetapkan setelah dilakukan Penggalian dan penelitian yang panjang dan mendalam.
Di sinilah muncul peran seorang tokoh penting, beliau bernama Bapak Trimo Sumodiwiryo.
Beliau adalah orang yang memprakarsai penggalian terhadap hari jadi Kota Lamongan, sebelum ditetapkan sebagai hari jadi Kota Lamongan.
Beliau lahir di Desa Tanjung Lamongan, 14 April 1912 sebagai anak pertama dari seorang ayah bernama Ngadiman, dan Ibu bernama Sarpi.
Dimasa penjajahan Belanda dan Jepang, beliau pernah menjadi seorang guru sekaligus menjabat sebagai sekolah.
Beliau terus aktif mengajar hingga sampai kemasa kemerdekaan, yang waktu itu masih disebut sebagai Sekolah Rakyat Negeri.
Beliau bertugas sebagai tenaga pengajar di Desa Kruwul, Kecamatan Turi, 5 km ke arah barat dari Kota Lamongan,
Setelah itu, beliau menjabat sebagai Penilik Sekolah di Sukodadi dan Sekarang (masih Kabupaten Lamongan).
Sayangnya, beliau tidak bisa menyaksikan hasil kerja kerasnya, beliau wafat saat seluruh penduduk Kota Lamongan melaksanakan kirab, pawai, merayakan Hari Jadi Kota Lamongan yang dirayakan untuk pertama kalinya pada bulan Mei 1984.
Saat itu yang menjadi Bupati untuk Daerah lamongan adalah Bapak Sutrisno Sudirdjo.
Pada tahun sekitar 1968-an Bapak Trimo Sumodiwiryo juga pernah ikut serta perlombaan membuat Lambang Kota Lamongan.
Beliau semasa hidupnya sudah mengabdikan diri pada kesenian, salah satu kesenian yang disukainya adalah membaca serta menyanyi (nembang, -bahasa Jawa-).
Bahkan beliau juga Aktif serta rutin dalam mengisi acara ‘nembang Macapat-an’ di sebuah Radio swasta di Kota Surabaya, bersama dengan beberapa seniman lain dari kota sekitar Surabaya.
Mitos Kota Lamongan

Di daerah lamongan terdapat sebuah mitos Ikan Bandeng dan Lele yang merupakan lambang dari Kota Lamongan.
Tentunya Ikan Lele ini mempunyai sejarah tersendiri hingga dijadikan sebagai lambang dari Kota Lamongan.
Ada yang percaya bahwa orang Lamongan asli tidak boleh memakan ikan tersebut.
Makanan Khas Kota Lamongan

Lamongan juga memiliki makanan khas yang sudah sangat terkenal, diantara sekian banyak makanan dari daerah ini yang cukup populer dan mudah untuk dijumpai di berbagai daerah di Jawa Timur, antara lain seperti berikut ini:
- Sego Boranan.
- Soto Lamongan.
- Nasi Boranan.
- Tahu tek, dan Tahu campur lamongan.
Selain itu, terdapat makanan lain yang juga tak kalah populer, seperti Wingko Babat yang merupakan makanan ringan khas Kota Lamongan yang terbuat dari Babat.
Makanan khas yang disebut Jumbreg juga merupakan makanan khas Lamongan yang berasal dari daerah Paciran.
Selain Jumbreg dari Paciran, Kota Lamongan juga merupakan daerah penghasil buah Siwalan muda yang biasa disebut Ental dalam bahasa Jawa.
Minuman Khas Lamongan

Daerah kabupaten Lamongan tidak hanya kaya akan sejarah, melainkan juga kaya dengan santapan khasnya yang menggugah selera, tak terkecuali minuman khasnya seperti beberapa minuman berikut ini:
- Es Batil.
- Kopi Djawa.
- Es dewet siwalan.
Oleh-Oleh Khas Lamongan

Jika berkunjung ke kota lamongan akan lebih sempurna jika pulangnya sambil membawa oleh- oleh khas lamongan, Berikut ini beberapa oleh- oleh khas lamongan yang perlu anda tau:
- Jumbreg.
- Wingko Babat.
- Empeng atau Marneng.
- Batik Sendang Dhuwur.
- Tenun Ikat, Desa Parengan.
Letak Geografis Kota Lamongan

Secara geografis, letak daerah kabupaten Lamongan berada pada 6o51′ – 7o23′ Lintang Selatan dan 112o33′ – 112o34 Bujur Timur.
Sedang luas Kabupaten Lamongan kurang lebih 1.812,8 km2 atau ±3.78% dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur.
Sementara panjang garis pantai, mencapai hingga 47 km, dan wilayah perairan Laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 902,4 km2, jika dihitung 12 mil dari permukaan laut.
Diantara seluruh daratan kabupaten Lamongan, terdapat Sungai Begawan Solo yang membelahnya menjadi dua bagian, dan secara garis besar daratannya dibedakan menjadi 3 karakteristik yaitu:
- Kabupaten Lamongan bagian Tengah dan Utara merupakan daerah Bonorowo, daerah ini merupakan daerah yang sering terkena banjir. Kawasan ini meliputi kecamatan, Laren, sekaran, Karanggeneng, turi, Kalitengah, Karangbinangun dan kecamatan Glagah.
- Bagian Selatan dan Utara kota lamongan adalah daerah pegunungan kapur berbatu-batu, dengan tingkat kesuburan yang sedang. Kawasan ini meliputi daerah Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan Solokuro.
- Bagian Tengah Selatan kabupaten lamongan terdapat hamparan daratan rendah yang relatif agak subur, yang membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Pucuk, sukodadi, Sekaran, Lamongan, Tikung, deket, Sugio, Maduran, Sarirejo dan Kembangbahu.
Kota Lamongan memiliki batas wilayah administratif yang mengelilinginya daerahnya, yakni Sebelah Utara Berbatasan dengan Laut Jawa.
Sebelah Timur lamongan berbatasan langsung dengan Kabupaten Gresik, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto, dan disebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban.
Lamongan merupakan salah satu kabupaten yang berada di pantai utara Jawa Timur, sebagian besar kawasan ini berupa pesisir dan perbukitan.
Daerah ini juga merupakan formasi kelanjutan dari rangkaian Pegunungan Kapur daerah Utara Selain itu terdapat dataran rendah yang bergelombang dan berawa
Terdapat pegunungan dibagian selatan yang merupakan ujung timur dari Pegunungan Kendeng dan terdapat sungai Bengawan Solo yang mengalir di bagian utara.
Penutup
Demikianlah pembahasan artikel ini mengenai asal usul kota lamongan yang tidak hanya kaya akan kekayaan lokal, tetapi juga kaya akan nilai sejarahnya.
Semoga dengan penjelasan artikel ini bisa menambah pengetahuan kita dan juga dapat meningkatkan kesadaran kita untuk lebih mencintai segala hal yang berkaitan dengan Negara kesatuan Indonesia ini, khususnya sejarah Kota Lamongan.